Sinonim: Clutia androgyna L.
Nama Daerah: Cekur manis (Melayu), Katukan (Jawa), Simani (Minangkabau), Kerakur (Madura).
Pertelaan: Akar tunggang. Batang tegak, berkayu, batang muda hijau dan yang tua berwarna cokelat. Daun tersusun selang seling pada 1 tangkai, terdiri dari daun majemuk, daunnya kecil-kecil mirip daun kelor. Bentuk helaian daun lonjong sampai bundar berwarna hijau dengan panjang 5-6 cm. Bunga tunggal, kecil, merah gelap sampai kekuningan dengan bintik-bintik merah. Buah bertangkai panjang 1,25 cm, di dalamnya terdapat biji berwarna hitam.
Habitat: Tanaman ini tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi hingga ketinggian 1.300 m dpl. Toleran terhadap kondisi teduh (naungan), ideal pada suhu udara 21-32 °C dengan kelembapan antara 50-80%. Toleran terhadap berbagai jenis tanah, optimal tumbuh pada tanah yang subur, gembur, banyak mengandung humus, beraerasi dan berdrainase baik, serta mempunyai derajat kemasaman (pH) 5,5-6,5.
Distribusi: Tanaman ini banyak terdapat di Asia Tenggara. Katuk telah dibudidayakan di beberapa negara di Asia Timur dan Tenggara sebagai tanaman obat dan sayuran.
Komposisi Kimia: Alkaloid, steroid/triterpenoid, saponin, tanin, polifenol, glikosida, flavonoid, papaverina, sterol, catechol, cardiac glycosides, acidic compounds.
Perbanyakan & Cara Tanam: Perbanyakan dilakukan dengan stek batang.Khasiat / Kegunaan: Melancarkan produksi ASI, mengatasi anemia, meningkatakan daya tahan tubuh, menjaga kesehatan mata dan tulang, meningkatkan vitalitas pria, mengobati luka, mencegah osteoporosis, antidiabetes, mencegah demam.