Sinonim: Geniosporum parviflorum Benth.
Nama Daerah: Janggelan (Jawa) Camcauh (Sunda), Juju, Kepleng, Krotok, Tarawaluh, Tahulu (Melayu).
Pertelaan: Akar serabut. Batang beruas, berbulu halus, bentuk menyerupai segiempat, banyak cabang pada bagian dasar, warna kemerahan. Daun hijau, lonjong, tipis lemas, ujung runcing, pangkal tepi daun bergerigi, berbulu halus. Bunga majemuk, berwarna putih keunguan. Biji hitam, sangat kecil (1 mm), bulat memanjang atau elips.
Habitat: Tanaman ini tumbuh di tempat pada ketinggian hingga 2.300 m dpl, umumnya banyak ditemukan di hutan-hutan dan tumbuh secara liar, tetapi cincau hitam juga cocok ditanam di tegalan, pekarangan, dan ladang, baik secara monokultur atau tumpang sari.
Distribusi: Tanaman ini umumnya ditemukan di daerah Asia Timur dan Asia Tenggara. Kata “cincau” sendiri berasal dari bahasa Hokkian sienchau yang sering dilafalkan di kalangan Tionghoa di Asia Tenggara. Di Indonesia tumbuh baik di daerah Sumatra Utara, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, dan Sulawesi.
Komposisi Kimia: β-carotene, α-tocopherol, asam kafeat, protocatechuic acid, ρ-hedroxybenzoic acid, vanillic acid, syringic acid, flavonoid, tanin.
Perbanyakan & Cara Tanam: Perbanyakan generatif (biji), vegetatif (stek ). Waktu panen terbaik adalah 7 bulan setelah tanam. Perlu pemupukan N yang tinggi agar produksi daun banyak.Khasiat / Kegunaan: Antimutagenik, hepatoprotektor (pelindung hati), antioksidan, imunomodulator (penambah kekebalan tubuh) dan berpotensi mencegah karsinogenesis (pembentukan kanker), antidiare, antidiabetes, antihipertensi, keputihan dan sakit perut.